Sangatta – Pernikahan dini merupakan momok bagi banyak orang tua di Indonesia. Bagaimana tidak, resiko yang akan di emban oleh anak, yang melakukan pernikahan dini dipastikan akan sangat berpengaruh dengan kondisi mental dan kehidupan sebagian anak yang melakukan pernikahan dini.
Beberapa ancaman efek dari pernikahan dini ini di antaranya kemiskinan, putus sekolah, Pengangguran, terus nanti juga terjadi kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT . Hal ini di jelaskan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutai Timur (Kutim) Dr. Hj. Sulastin, S.Sos, M.Kes, MM, saat di temui oleh awak media di ruangannya.
Pembeberan dampak negatif pernikahan dini, disampaikan oleh Sulastin dan ia berharap masyarakat dapat memahami, khusunya yang ada di Kutai Timur. Intinya anak usia dini belum siap berumah tangga.
“Sehingga terjadi kalau ini kan enggak siap mereka. Selain itu, dampak lainnya adalah anak mereka stunting. Itu salah satu lokus stunting kan. Nah itu entah karena mereka belum siap, di undang-undang Kita kan 21 tahun perempuan, 25 tahun laki laki yang sudah siap nikah,” urainya.
“Itu pun kita tidak menjamin ya. Tapi anak anak seperti ini.Harapan kami selaku pemerintah selalu melakukan sosialisasi gencar nih ke sekolah mana-mana sampai harapannya nanti semua sekolah di sana dengan sesi ini kan disampaikan hak-hak anak dan kewajibannya nantinya,” sambungnya.
Sulastin juga meminta semua pihak ikut andil dalam mengatasi masalah ini. Sebab, menurutnya permasalahan pernikahan dini dan stunting harus ditangani melalui kerjasama lintas sektor.
“Stakeholder semua ini kan tugas kita semua nih. Bukan hanya tugas dinas pemberian perempuan, tapi tugas sekolah, tugas daripada wali murid, tugas masyarakat, tokoh agama, tokoh adat terlibat semua di situ. Dalam hal ini tidak terjadi dengan menekannya seperti ini kan tidak terjadi yang ada dampak dampaknya itu,” katanya.
“Mungkin itu salah satunya ya. Upaya menekan kemiskinan orang tua kan sudah enggak mampu nih dibebani lagi dengan anak yang tidak punya skill, putus sekolah mereka kan usia usia segitu kan sekolah itu masih mencari jati diri mereka,” Ujar Sulastin.(adm)
Tak Lupa juga, Dr. Hj. Sulastin, S.Sos, M.Kes, MM, mengajak orang tua untuk lebih mengawasi anak-anak terutama dalam pergaulan. (adm)