Kutai Timur – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur (Kutim), dr. H Bahrani, mengungkapkan langkah-langkah strategis yang tengah diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis di daerahnya. Menurut dr. Bahrani, salah satu opsi yang tengah dijajaki adalah dengan meningkatkan penghasilan tenaga medis dan menjalin kerja sama dengan sejumlah fakultas kedokteran. “Saya sudah beberapa kali juga ke Fakultas Kedokteran UNAIR, kemudian saya pernah juga ke Jogja ini terkait kemungkinan kerja sama dengan fakultas-fakultas untuk penanganan itu, yang kebetulan dokter spesialis yang lulus itu belum ada ikatan, maksudnya bukan PNS, jadi biaya sendiri. Kalau ada yang tertarik, bisa kami informasikan,” ujarnya.
Selain itu, Pemkab Kutim juga telah menjalin kerja sama dengan Universitas Mulawarman (Unmul) dalam program pendidikan spesialis. Dalam kerja sama ini, Pemkab menyediakan anggaran yang cukup besar untuk mendidik tenaga medis spesialis yang dibutuhkan. “Kami juga kerja sama dengan Unmul untuk program spesialis. Namun, saat ini hanya ada spesialis paru dan bedah yang kami fokuskan. Kami sudah sekolahkan mereka, dan ada perjanjian 5 tahun dengan Unmul,” lanjut dr. Bahrani.
Dari kerja sama tersebut, Pemkab Kutim berharap dapat menghasilkan 10 dokter spesialis untuk mengisi rumah sakit-rumah sakit di daerah. Program ini memerlukan dana sebesar 7,5 milyar rupiah yang mencakup biaya pendidikan, uang harian, dan biaya kos mahasiswa selama menjalani pendidikan. “Perjanjian kami dengan Unmul itu biaya full dari Pemkab, mulai dari biaya masuk hingga uang harian dan pendidikan lainnya,” tambah Bahrani.
Dengan langkah-langkah ini, Pemkab Kutim berharap dapat memenuhi kebutuhan dokter spesialis dan meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayahnya. (Adv)