Kutai Timur – Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kutai Timur (Kutim), Achmad Junaidi, menegaskan pentingnya penggunaan data yang akurat dalam upaya penurunan prevalensi stunting di Kutim. Dalam diskusi internal, Junaidi menyampaikan bahwa meskipun angka stunting yang tercatat di Kutim mencapai 29%, data tersebut harus dijadikan sebagai motivasi untuk mempercepat upaya penurunan angka stunting.
“Angka 29% yang tercatat di SKI (Survei Kesehatan Indonesia) memang tinggi, namun permasalahan data ini sebaiknya tidak perlu diperdebatkan. Data ini sifatnya survei yang diambil secara acak dan tidak bisa dilacak, tetapi sudah memenuhi syarat akademis untuk dijadikan acuan nasional,” jelas Junaidi.
Namun, meskipun menggunakan data SKI dalam pengukuran angka stunting, Junaidi menekankan bahwa dalam pelaksanaan intervensi di lapangan, pihaknya lebih mengandalkan data dari BPBIGM (Badan Pengendalian dan Pembinaan Gizi Masyarakat) yang lebih terperinci dan berbasis alamat. Data ini mencakup sekitar 1.801 orang yang tersebar di 18 kecamatan dan sudah terinci sampai ke tingkat desa.
“Data dari BPBIGM lebih akurat karena sudah mencakup alamat dan jumlah individu yang terdampak stunting. Kami dapat meminta data ini langsung dari Dinas Kesehatan untuk memastikan program penurunan stunting dapat tepat sasaran,” ujar Junaidi.
Selain itu, Junaidi juga mengingatkan bahwa penurunan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi juga melibatkan peran aktif masyarakat. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, serta sektor kesehatan dan pendidikan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung percepatan penurunan stunting. “Dengan pendekatan berbasis data yang akurat dan kolaborasi yang erat, kita optimis dapat menurunkan angka stunting di Kutim,” tambahnya. (Adv)