Kutai Timur – Kepala Dinas Kesehatan Kutai Timur (Kutim), dr. H Bahrani, menjelaskan bahwa salah satu fokus utama dari dinas yang dipimpinnya adalah pencegahan stunting melalui berbagai program yang menyasar kelompok usia muda. Menurut dr. Bahrani, stunting dapat dicegah sejak dini, bahkan sebelum seorang anak lahir. “Kegiatan di Dinas Kesehatan terkait stunting itu adalah pencegahannya,” ujar Bahrani.
Dinas Kesehatan Kutim bertanggung jawab dalam pelayanan pencegahan, promosi, dan upaya preventif terkait masalah gizi. “Stunting itu kan dicegah mulai dari perut, bahkan bukan dari perut aja. Ibu calon ibu itu pun harus kita persiapkan,” lanjutnya. Salah satu program penting yang dijalankan adalah pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi para calon ibu, terutama remaja perempuan di tingkat SMP dan SMA.
“Makanya kami ada program tuh untuk anak SMP, SMA yang calon-calon ibu itu ada program tablet tambah darah,” kata dr. Bahrani. Program ini ditujukan untuk mengatasi masalah anemia, yang menurutnya cukup tinggi di kalangan remaja perempuan, dengan rasio 1:3 atau 1:4. “Anemia ini berkorelasi terhadap kesehatan reproduksi, dan jika tidak ditangani, dapat berpengaruh pada kesehatan saat hamil, serta meningkatkan risiko kelainan pada bayi,” tambahnya.
Dengan memberikan perhatian pada pencegahan anemia dan kesehatan reproduksi remaja, diharapkan stunting yang sering kali disebabkan oleh kekurangan gizi pada ibu hamil dapat ditekan. Program ini diharapkan dapat menghasilkan generasi muda yang lebih sehat, dengan mempersiapkan mereka untuk memiliki kehamilan yang sehat dan bayi yang tidak mengalami kekurangan gizi. Selain itu, upaya pencegahan stunting juga melibatkan berbagai pihak, termasuk sekolah dan keluarga, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan ibu dan anak. Dinas Kesehatan Kutim berharap, dengan pendekatan komprehensif ini, angka stunting di wilayahnya dapat menurun secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. (Adv)