Kutai Timur – Kepala Dinas Kesehatan Kutai Timur (Kutim), dr. H Bahrani, menekankan pentingnya pencegahan stunting yang dimulai sejak “1000 hari pertama kehidupan,” yang mencakup periode dari kehamilan hingga usia dua tahun. Menurut dr. Bahrani, pencegahan stunting pada masa ini sangat krusial karena perkembangan otak anak yang terjadi sangat pesat, yaitu hampir 80% pada usia dua tahun. “Jadi mencegah stunting itu dari 1000 hari kehidupan pertama. Nah itu sangat berpengaruh terhadap kejadian stunting. Jadi kalau menangani stunting seumur sudah 2 tahun ke atas, itu bukan mencegah lagi, itu ngobatin,” ujarnya.
Jika pencegahan tidak dilakukan sejak dini, dampaknya bisa sangat serius, termasuk gangguan perkembangan otak yang dapat berujung pada rendahnya kecerdasan anak. “Perkembangan otak terutama sampai umur 2 tahun ini sudah hampir 80% otak yang berkembang. Jadi anak nanti rendah IQ-nya,” tambah dr. Bahrani. Meskipun tantangan stunting di Kutim masih ada, angka prevalensi stunting menunjukkan penurunan yang signifikan. “Tadinya sekitar 24 sekian, sekarang kalau hitungan mereka sekarang 16-17% aja,” jelasnya, meskipun ia menegaskan perlunya verifikasi lebih lanjut terkait data tersebut.
Dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting, Dinas Kesehatan Kutim bekerja melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bertugas menyaring kasus-kasus stunting dan hambatan perkembangan anak. “Kami menyaring, oh ini sudah bisa diobati di kami. Kalau ada kelihatan hambatan perkembangan dan pertumbuhan tumbuh kembangnya, ya itu kalau enggak bisa ditangani di puskesmas, akan dirujuk ke rumah sakit,” ungkap dr. Bahrani.
Dengan pendekatan komprehensif yang mencakup pencegahan sejak dini, deteksi dini, serta pengobatan, diharapkan tingkat stunting di Kutim dapat terus menurun dan anak-anak di Kutim dapat tumbuh dengan optimal. (Adv)